Wednesday, September 30, 2015
Misteri Huruf-Huruf Qur’an
Setelah
bismillah, terdapat dalam 29 surah sekelompok huruf – kadangkala
bahkan huruf tunggal – yang telah banyak menyebabkan banyak diskusi
dan refleksi dalam sejarah muslim. Dilafalkan secara terpisah sebagai
huruf-huruf yang berdiri sendiri dari alphabet, Huruf al-Muqatta’a
ini, yang juga dikenal sebagai tergolong dalam ayat-ayat mutasyabihat
(allegorical signs) Qur’an. Belum ada penjelasan rasional yang
pernah diberikan oleh sarjana muslim maupun sarjana Barat yang mampu
membongkar misteri huruf-huruf ini. Dalam karya-karya tafsir,
huruf-huruf tersebut telah banyak menimbulkan keheranan, sehingga
banyak ahli tafsir melakukan spekulasi-spekulasi mistik melalui
Sufisme untuk memahaminya.
Inilah
sedikit contoh mengenai pemahaman mereka sebagaimana terdapat dalam
karya-karya para ahli tafsir muslim:
Mengutip
Ibn Abbas, Tabari misalnya mengatakan bahwa masing-masing huruf itu
menunjukkan satu nama Tuhan. Alif, Lam, Mim, yang terdapat dalam
bagian permulaan surah Al-Baqarah, dengan demikian berarti Ana allah
A’lam (Akulah Tuhan Yang Maha Tahu). Menurut seorang mu’tazili
yang lebih rasional, Zamakhsyari, huruf-huruf ini menunjukkan bahwa
Qur’an tidaklah bisa ditiru. Seorang sarjana modern, Sayid Qutb,
dengan nada yang sama juga mengatakan bahwa huruf-huruf ini
mengingatkan kenyataan bahwa “kitab ini disusun dari huruf-huruf
yang lazim dikenal oleh bangsa Arab, kepada siapa ia ditujukan”.
Dalam pandangan Qutb, misteri dan kekuatan huruf-huruf itu terletak
pada kenyataan bahwa meskipun huruf-huruf tersebut begitu lazim dan
begitu dikenal, namun manusia tidak akan bisa menciptakan gaya dan
diksi yang sama dengannya untuk membuat sebuah kitab seperti Qur’an.
Dalam
milieu ta’wil (penafsiran esoterik) yang lebih bebas dan lebih
spekulatif, di mana Ibn Arabi boleh dianggap sebagai wakilnya yang
paling representative, misteri huruf-huruf ini lebih tersebelubung
dalam penjelajahan simbolisme kosmologis. Sebagai misal, terhadap
huruf-huruf yang sama sebagaimana telah dikomentari oleh Samakhsyari
dan Qutb di atas, Ibn arabi menganggap bahwa alif adalah nama dari
esensi Ilahiat, sehingga denga begitu ia merupakan yang pertama dari
segala eksistensi; sementara lam, sebaliknya terbentuk dari dua alif,
dan bahwa mim mengandungnya. Lebih jauh dia mengatakan bahwa “setiap
nama adalah referensi untuk hakikat (esensi), yaitu yang mengandung
satu atau lain sifat (atribut). Karena itu mim merupakan referensi
terhadap hakikat dengan semua sifatnya; ia juga merupakan referensi
terhadap tindakan-tindakan Muhammad”. Menurut Ibn Arabi, jika alif
adalah dari nama Tuhan, dan mim merupakan simbol dari sifat dan
tindakan-tindakan Muhammad, maka lam yang mengantarai alif dan mim
adalah symbol dari nama malaikat Jibril.
Dalam
tradisi Syiah, prinsip penafsiran eksoterik (penafsiran yang bersifat
meluas) memainkan peranan yang sangat penting. Semua cabang pemikiran
Ja’fari yang pada umumnya disepakati dipelopori oleh Imam keenam.
Ja’far Muhammad al-Shadiq – yang juga dikenal sebagai sarjana
besar Sunni dan Sufis masyhur – sesungguhnya lahir dari perenungan
Ja’far terhadap huruf-huruf misterius itu. Komentator-komentator
Syiah yang kemudian seperti al-Tabarsi, telah menganggap patut
menempatkan eksplanasi-eksplanasi mistik dan cabalistik (yang
bersifat rahasia) ini untuk disifatkan pada Imam keenam. Mengenai
huruf alif misalnya, dia mengatakan: “Alif menunjukkan enam sifat
Tuhan”. Yang pertama adalah “yang memulai karena Ia yang
mengawali segala ciptaan, seperti huruf alif yang mengawali semua
huruf”. Yang kedua adalah kejujuran dan kelurusan, “karena yang
tegak lurus”. Demikian pula untuk yang ketiga dan keempat, Tuhan
itu unik dan tunggal, seperti alif yang dalam penulisannya tidak bisa
digabung tetapi sendiri, mutlak. Tuhan melingkupi semua ciptaan, dan
tidak dilingkupi oleh segala ciptaan-Nya. Yang kelima adalah sifat
kemerdekaan. “Semua makhluk membutuhkan Tuhan, tapi dia bisa
mencakup diri-Nya dan tidak membutuhkan mereka”. Akhirnya yang
keenam, fakta bahwa huruf alif tidak berhubungan dengan huruf lain,
sementara huruf lain berkaitan dengannya. Alif yang terpisah dari
huruf lain itu membuktikan keunikan Tuhan.
Berkembangnya
penyebaran simbolisme Ja’far dalam literatur Sufi yang kemudian
(misalnya Tawasin dalam al Hallaj; Futuhat al-Makkiya dalam Ibn
Arabi; atau Mathnawi dalam Jalaludin Rumi) yang bisa disamakan dengan
perkembangan Cabalisme dalam Judaisme abad pertengahan, semuanya
berasal dari meditasi mendalam atas huruf-huruf misterius Qur’an
itu.
Sumber Tulisan: Majalah Kiblat Edisi Edisi 5-20 Februari 1987
Perisai Garis Depan Perlindungan Tubuh: Kulit
Kulit,
yang menutupi seluruh tubuh manusia layaknya selubung, penuh dengan
sifat yang menakjubkan. Kulit mampu memperbaiki dan memperbaharui
diri dan air tidak dapat menembus di permukaannya, meskipun banyak
pori-pori kecil yang berfungsi membuang air lewat proses respirasi.
Strukturnya yang luar biasa lentur memungkinkan gerak bebas, padahal
ia cukup tebal sehingga tidak mudah robek. Kulit mampu melindungi
tubuh dari panas, dingin, dan sinar matahari yang merugikan.
Kesemuanya itu hanyalah sedikit sifat kulit yang khusus diciptakan
untuk manusia. Di sini, kita berhadapan dengan sifat khusus dari
kertas pembungkus ajaib ini: Kemampuannya untuk melindungi tubuh dari
mikroorganisme penyebab penyakit. Jika tubuh dianggap sebagai kastil
yang dikepung musuh, kita bisa menyebut kulit sebagai dinding kastil
yang kuat.
Tetesan
keringat yang dikeluarkan dari kulit memainkan berbagai peran bagi
tubuh. Selain menurunkan suhu tubuh, mereka menyediakan zat gizi bagi
bakteri dan jamur tertentu yang hidup di permukaan kulit, dan
menghasilkan bahan sisa bersifat asam seperti asam laktat yang
membantu menurunkan tingkat PH (keasaman) kulit. Media bersifat asam
di permukaan kulit ini menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat
bagi bakteri berbahaya yang mencari tempat tinggal.
Fungsi
perlindungan utama kulit diwujudkan lewat lapisan sel mati yang
merupakan bagian terluar dari kulit. Setiap sel baru yang dihasilkan
oleh pembelahan sel bergerak dari bagian dalam kulit menuju ke
permukaan luar. Sembari melakukan ini, unsur cair (sitoplasma) di
dalam sel berubah menjadi protein kuat yang disebut keratin. Selama
proses ini, sel itu mati. Senyawa keratin yang baru terbentuk ini
mempunyai struktur yang sangat keras dan karena itu tidak dapat
didekomposisi oleh enzim pencernaan. Dengan demikian, penyerang
seperti bakteri dan jamur tidak akan bisa mendapatkan sesuatu untuk
dicabik dari lapisan luar kulit.
Lebih
dari itu, sel mati yang mengandung keratin itu selalu gugur dari
permukaan kulit. Sel-sel baru yang berasal dari bawah untuk
menggantikan sel yang sudah using membentuk penghalang yang tak dapat
tembus di daerah itu.
Respon
pertahanan pertama organisme melawan penyerangnya yang berbahaya
adalah perbaikan sendiri yang cepat dari jaringan kulit setelah
munculnya luka. Ketika luka mencabik kulit, sel-sel pertahanan dengan
segera bergerak ke daerah luka untuk memerangi sel asing dan membuang
sisa-sisa jaringan yang terganggu. Kemudian, sejumlah sel pertahanan
lainnya meningkatkan produksi fibrin, yaitu protein yang dengan cepat
menutupi kembali luka dengan jaringan berserat.
Organisme
yang hidup di kulit menjalankan fungsi perlindungan lain dari kulit.
Sekelompok mikroba tak berbahaya hidup di kulit, dan telah
beradaptasi dengan medium asam kulit. Karena memperoleh makanan dari
bahan-bahan sisa di keratin kulit, mikroba ini menyerang segala macam
benda asing untuk melindungi tempat makannya. Kulit, sebagai tuan
rumah mikroba ini, bagai bidang perlengkapan yang menyediakan
dukungan eksternal bagi pasukan di dalam tubuh manusia.
Monday, September 28, 2015
Rahasia Kekebalan Tubuh Manusia
Kastil Yang Terkepung: Tubuh Manusia
Fakta menunjukkan bahwa kendatipun kita berusaha hidup dalam lingkungan yang bersih, kita berbagi tempat ini dengan banyak mikroorganisme. Kalau Anda berkesempatan mengamati ruangan tempat Anda duduk sekarang ini dengan mikroskop, Anda segera akan melihat jutaan bahkan miliaran organisme yang hidup berdampingan dengan Anda.
Pada situasi ini, tubuh manusia layaknya “kastil yang terkepung”. Tak perlu dikatakan, kastil itu, yang dikelilingi oleh musuh yang jumlahnya tak berhingga, mestilah dilindungi dengan cara yang sangat lengkap dan teratur. Manusia diciptakan bersama perlindungan sempurna yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, manusia bukanlah sepenuhnya tak berdaya melawan musuh-musuh ini. Pasukan penjaga “berukuran mikro” di dalam tubuh kita tidak pernah meninggalkan kita, mereka bertempur demi kepentingan kita di garis depan.
Sel-sel pengganggu yang ingin menyerang tubuh pertama-tama harus berusaha mencari jalan melewati garis depan tubuh. Walaupun terkadang garis depan ini memiliki kelemahan, musuh tidak gampakng untuk masuk melewatinya. Pertahanan pertama yang harus dihadapi musuh adalah kulit kita.
Disamping kulit yang merupakan pertahanan paling luar tubuh manusia, ternyata tubuh kita dilengkapi dengan berbagai sistem proteksi khusus. Bahkan, setiap sistem yang tertanam dalam tubuh manusia juga dilengkapi dengan sistem perlindungan yang efektif dan efisien. Sebut saja seperti adanya cilia (bulu halus) pada hidung yang mampu bertindak sebagai selektor ketika manusia bernapas. Kemudian adanya mikroba pelindung di dalam usus-usus yang berkaitan dengan pencernaan. Dan bahkan, ada pula organ-organ manusia yang bertindak sebagai sebuah akademi untuk menciptakan alat perlindungan bagi tubuh manusia.
Pada artikel kali ini, rahasia kekebalan tubuh manusia hanya sebatas latar belakang informasi. Pada artikel-artikel berikutnya akan dijelaskan tentang sistem pertahanan tubuh manusia secara sistematis. Oleh karena itu, jangan sampai ketinggalan untuk info-info menarik lainnya.
Sunday, September 27, 2015
"Dapatkah" Al-Qur'an Diterjemahkan?
Pada sebuah majalah edisi 5-20 Februari 1987, ada pembahasan mengenai “Penerjemahan Makna Qur’an: Pandangan Tradisional dan Perdebatan Modern”. Majalah yang bernama “KIBLAT” tersebut memberikan laporan dalam kolom wawasan dan gagasan.
“Dapatkah” Al-Qur’an Diterjemahkan?
Sementara para sarjana muslim klasik membicarakan masalah penerjamahan makna Qur’an dalam konteks teologis dan yuristik secara ketat, para sarjana modern telah memperdebatkan problem ini sebagai prinsip. Masalahnya bagi mereka adalah, apakah sesungguhnya Qur’an bisa diterjemahkan atau tidak. Selain itu masalah tersebut juga terus menerus diperdebatkan di bawah pengaruh pandangan-pandangan politik para pemikir yang terlibat, pun di bawah pengaruh keadaan-keadaan politik yang berlaku pada saat itu. Hampir semua mereka kembali pada para sarjana klasik untuk mendukung pandangan-pandangan mereka dan mengkritik lawan-lawannya.
Pemikir pertama yang membahas masalah ini secara sistematik dan kemudian memberikan fatwa (pendapat hukum) yang komprehensif terhadapnya, adalah Muhammad Rasyid Ridla (wafat 1935), murid dan penerus Muhammad Abduh. Ridla merasa terguncang oleh usaha Republik Turki Baru yang pada 1920 menetapkan Bahasa Turki sebagai satu-satunya Bahasa untuk anak negeri, termasuk untuk maksud pembacaan Qur’an. Ini berarti diproduknya terjemahan Qur’an dalam Bahasa Turki secara resmi dan disingkirkannya teks Arab dalam komunikasi-komunikasi publik keagamaan.
Ridla mulai dengan suatu pembicaraan mengenai sejarah dari gagasan penerjemahan Qur’an. Dalam kaitan ini, argumennya bersifat instruktif, mengindikasikan pandangannya mengenai sejarah muslim. Ridla menulis: “Kelemahan para khalifah Quraisy yang dimanifestasikan dalam kelemahan para khalifah itu sendiri akibat kebodohan, kemewahan, dan korupsi, merupakan salah satu sebab penting dari timbulnya perpecahan dan kemerosotan kaum muslim. Akibat dari perpecahan dan kemerosotan seperti itulah, mereka menjadi lemah”. Sebaliknya, tulis Ridla, hal ini menyebabkan lahirnya dinasti-dinasti Islam yang saling berebut kekuasaan di kalangan sendiri. Konsekuensinya adalah erosi gradual kewibawaan Bahasa Arab, dan akhirnya disepelekannya Bahasa tersebut oleh kaum muslim non-Arab. Proses ini pertama-tama berakibat pada timbulnya usaha-usaha penerjemahan buku keagamaan, yang kemudian diikuti oleh pemikiran mengenai perlunya penerjemahan Qur’an sendiri. Qur’an kemudian mulai diterjemahkan ke dalam berbagai Bahasa agar bangsa-bangsa yang “tak berbahasa-Arab” bisa ditarik kepada Islam melalui cara-cara penerjemahan seperti itu. Tetapi di bawah pengaruh Nasionalisme Turki, penerjemahan Qur’an (ke Bahasa Turki) lebih dimaksudkan untuk meniadakan kebutuhan akan kitab Suci tersebut sebagaimana ia diturunkan (dalam Bahasa Arab).
Didorong oleh peristiwa beruntun dalam sejarah muslim itulah, Rasyid Ridla merasa perlu untuk menentang secara keras setiap usaha penerjemahan Qur’an. Dalam jawabannya kepada pertanyaan seorang muslim Rusia – Syekh Ahsan Syah Affandi Ahmad – mengenai boleh tidaknya penerjemahannya Qur’an, Ridla mengemukakan fatwanya panjang lebar yang secara tegas menolak usaha semacam itu. Argumen-argumen yang mendasari fatwanya itu meringkaskan secara jelas tujuan dari semua pendapatnya.
Rasyid Ridla memulai dengan membedakan antara penerjemahan dengan penafsiran. Dengan mengizinkan orang terakhir tetapi terbatas hanya untuk petunjuk bagi orang-orang yang bukan Arab. Kemudian dia menyatakan bahwa Qur’an adalah dasar agama Islam. Sebagai seorang juris, pendapatnya mengenai penerjemahan Qur’an adalah sebagai berikut: “Penalaran pribadi (ijtihad) melalui analogi (qiyas) harus didasarkan pada teks asli. Perumus-hukum tidak boleh menunjuk terjemahan sebagai teks actual (atau teks yang “bisa diterima”). Lebih dari itu, konsensus umum dari umat menuntut bukti khusus yang bisa mendukung perumusan hukum tersebut. Tidak ada terjemahan yang bisa memenuhi kebutuhan seperti ini. Demikianlah, orang yang menganggap sebuah Qur’an sebagai Qur’an yang actual, maka ia tidak akan memperoleh dasar-dasar Islam”. Lebih jauh Ridla mengatakan bahwa menganggap terjemahan Qur’an sebagai Qur’an itu sendiri, berarti taqlid kepada penerjemahnya: “agama tidak membolehkan ini”, katanya.
Setelah mengemukakan argument-argumen hukum mengenai penerjemahan Qur’an. Ridla menyebutkan satu demi satu keuntungan yang akan diperoleh kaum muslim setelah mempelajari Bahasa Qur’an. Mempelajari Bahasa Arab adalah perlu, katanya, untuk memahami Sunnah Nabi dan sejarah Islam yang awal. Lebih dari itu, seseorang yang secara tekun berupaya mempelajari Qur’an dan Sunnah, dan kemudian mematuhinya, maka dia akan diganjar oleh Tuhan di akhirat nanti dengan ganjaran yang berlimpahan, meski dia berbuat salah sekalipun. Qur’an adalah sumber ilmu Allah yang tak terbatas, yang para pembacanya harus mendeduksinya bagi diri mereka sendiri melalui generasi-generasi sebelumnya. Sebuah terjemahan, betapapun akuratnya, akan mengungkung pembacanya dari sumber aslinya karena setiap terjemahan selalu hanya merupakan refleksi dari pemahaman seseorang saja, yaitu pemahaman penerjemahnya.
Ridla lebih jauh juga berbicara mengenai akar-akar kesulitan penerjemahan Qur’an baik dari segi makna maupun isinya. Dia menegaskan bahwa adalah mustahil bagi seorang penerjemah untuk senantiasa menemukan sinonim dari istilah-istilah dan ekspresi-ekspresi Qur’an. Ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, dan karena itu bisa menyebabkan pula diterimanya gagasan-gagasan yang tidak sesuai dengan maksud Qur’an yang sebenarnya. Seorang penerjemah bisa jadi menerjemahkan sebuah kalimat pernyataan Qur’an ke dalam Bahasa lain, sementara Tuhan memaksudkannya sebagai pernyatan metaforis. Kesalahan-kesalahan gawat bisa muncul dari sini, terutama yang berkenaan dengan atribut-atribut dan tindakan-tindakan Tuhan.
Akhirnya, Muhammad Rasyid Ridla mengemukakan argumennya mengenai ketaktertiruan Qur’an yakni dalam hal cara baca, diksi (gaya Bahasa dan gaya tulis), struktur, dan maknanya. Hanya dengan bacaan Qur’an misalnya, seorang non-muslim bisa tertarik pada Islam, bahkan meskipun ia tidak memahami artinya. Sebuah terjemahan, betapapun puitisnya, tidak akan seindah Qur’an yang asli dalam Bahasa Arab. Aspek penting lain dari keajaiban Qur’an adalah keunikan dan keistimewaannya. Karena itu meluasnya bentuk-bentuk terjemahan Qur’an, akan berarti munculnya bentuk-bentuk terjemahan Qur’an, akan berarti munculnya banyak sekali qur’an-qur’an. Ini pasti akan mengarah pada timbulnya alterasi dan variasi (tahrif) Qur’an.
Rasyid Ridla sejauh yang diketahui, telah bereaksi terhadap situasi yang spesifik ini. Meskipun demikian, pada prinsipnya dialah yang pertama-tama mengakui perlunya terjemahan-terjemahan interpretative terhadap kandungan Qur’an untuk membantu kegiatan studi Qur’an. Kebutuhan akan adanya terjemahan Qur’an seperti itu diakui pula oleh para sarjana sepanjang sejarah Islam. Oleh karena itu, ketidaksepakatan atasnya hanya terfokus pada status dan kegunaan terjemahan-terjemahan tersebut, serta implikasinya pada status dan kegunaan Bahasa Arab yang merupakan Bahasa Qur’an.
Sumber Tulisan: Majalah Kiblat Edisi Edisi 5-20 Februari 1987
Saturday, September 26, 2015
Jenis Tanaman Ganja yang Dilegalkan di Beberapa Belahan Dunia
Ketika kita menyebut ganja, maka yang terlintas di benak adalah suatu tanaman golongan aditif. Ganja bahkan dimasukkan dalam golongan Narkoba (Narkotika dan obat-obatan terlarang) sehingga peredarannya tidak sah (melawan hukum) di Indonesia. Namun, ternyata banyak tanaman-tanaman yang sejenis dengan ganja mudah ditemukan di berbagai negara dan peredarannya dibawah payung hukum.
Khat. Adalah tanaman yang banyak tumbuh di Semenanjung Afrika dan Arab. Memiliki nama latin Catho edulis dan populer dengan nama khat or qat. Tanaman ini memiliki ciri-ciri berupa daun-daunnya yang membentuk rerumputan dan berwarna hijau. Daun khat mengandung senyawa yang mirip dengan amphetamine sebagai perangsang katinon. Efek dari khat adalah kegembiraan, euphoria dan berkurangnya nafsu makan.
Salvia. Banyak ditemukan dan tumbuh baik di daerah Amerika Tengah dan Selatan, Salvia merupakan spesies terbesar dari genus keluarga tanaman mint, dan banyak spesies dari mint mengandung senyawa psikoaktif. Untuk spesies Salvia apiana ini digunakan untuk bahan pemurnian pada setiap ritual yang dilakukan oleh Suku asli Amerika, sedangkan spesies lainnya seperti Salvia Divinarum sering digunakan oleh dukun Mazatec untuk memberikan efek halusinasi.
Peyote. Tanaman kaktus yang satu ini berukuran kecil dan tidak berduri ini merupakan tanaman asli wilayah Texas dan Meksiko dan dikenal populer melalui kandungan senyawa alkaloid psikoaktif. Kaktus ini juga mengandung senyawa alami psikedelic yaitu senyawa yang mampu menghasilkan efek halusinasi atau meskalina. Sering digunakan sebagai bahan ritual dalam rangka memasuki alam pikiran manusia. Selain itu peyote juga digunakan sebagai bahan yang dikonsumsi untuk meditasi.
Coca. Coca adalah salah satu jenis tanaman dari genus Erythroxulaceae. Menariknya, walaupun tanaman ini legal untuk ditanam, salah satu senyawa alkaloid yang terkandung di dalamnya adalah bahan utama dalam pembuatan kokain yang merupakan narkotika berbahaya. Tanaman koka tumbuh dan banyak ditemukan di Kolombia dan Bolivia. Meskikpun mengandung senyawa alkaloid untuk membuat kokain, tanaman ini legal untuk dikonsumsi tetapi tidak untuk diekstraksi.
Datura. Adalah tanaman yang banyak ditemukan di daerah Afrika Utara dan Amerika, sangat populer bagi tukang kebun dikarenakan bunganya yang menarik. Namun, datura memiliki sifat halusinogen dan bahkan mengandung banyak senyawa kimia beracun seperti Atropin sehingga sangat berbahaya. Lebih jauh, racunnya sangat bervariasi sehingga tanaman ini dikategorikan sebagai tanaman berbahaya.
Kava-Kava. Tanaman dengan nama latin Piper methysticum ini banyak ditemukan di daerah Oceania. Ia dapat dikunyah dalam kondisi mentah, tetapi seringkali dikonsumsi sebagai pasta ataupun dicampur dengan air panas. Kava-kava mengandung senyawa yang disebut kavaloctones yang mememiliki efek menenangkan sehingga sering digunakan sebagai obat analgesik atau obat bius. Disamping itu sering juga digunakan sebagai obat untuk meningkatkan daya ingat.
Iboga. Tabernanthe iboga adalah nama lengkap dari tanaman ini yang merupakan tanaman asli Afrika Tengah. Banyak ditemukan di hutan hujan dan sering digunakan suntuk upacara-upacara tertentu. Iboga sangat manjur untuk meningkatkan sistem imun karena memiliki senyawa psikedelik. Selain itu, Iboga mengandung senyawa alkaloid ibogaine.
Cannabis (Ganja). Ganja sering disebut dengan cimeng dan mariyuana. Tanaman ini mengandung senyawa yang mampu memberikan efek halusinasi pada penggunanya. Menariknya, di Inggris ganja merupakan bahan yang illegal sejak tahun 1920. Tetapi, Cannabis diizinkan sebagai obat antimuntah pada pasien kanker yang sedang menjalankan pengobatan kemoterapi, sebagaimana ia juga dapat membantu pasien yang menderita multiple sclerosis.
Cara Mengatasi Windows Explorer Has Stopped Working
Windows Explorer merupakan bagian yang penting
pada PC ataupun Laptop. Ia digunakan untuk memanajemen segala jenis file dan
folder serta merupakan tempat penyimpanan segala jenis data pada komputer.
Namun sayangnya, seringkali terjadi error berupa “Windows Explorer has stopped
working” di setiap jenis system operasi windows. Pada umumnya, penyebab dari
masalah ini adalah suatu hal yang tak mudah untuk ditandai. Oleh karena itu,
terkadang sangat sulit untuk mengatasi “windows explorer has stopped working”.
Tetapi, ada beberapa cara yang digunakan untuk mengatasi problem ini secara
khusus.
Driver Grafis Komputer Anda Sudah Outdated.
Driver yang sudah outdated seringkali menjadi penyebab utama dari windows
explorer. Hal tersebut dikarenakan, sistem grafis pada komputer/ laptop
memiliki pengaruh terhadap stabilitas sistem. Oleh karena itu, sangat
disarankan untuk melakukan cek pada driver sistem grafis. Untuk mendapatkan
driver grafis terbaru dilakukan melalui Device Manager, lalu pilih menu
“Display Adapters” dan klik Update Driver Software (Online atau Offline).
Setelah itu anda akan dialihkan pada jendela update driver software.
Scan corrupt file sistem atau missing file.
Penyebab yang kedua adalah adanya file yang hilang atau korup. Umumnya
persoalan ini diawali karena file pada sistem jarang di-defrag. Oleh karena
itu, langkah pertama adalah dengan mencari apakah ada “Corrupt system files or
missing files” dengan cara tekan tombol windows lalu ketik “cmd” atau “command
prompt”. Lalu klik-kanan “Run as Administrator”. Setelah terbuka, ketik
perintah berikut “sfc /scannow” dan tekan enter. Tunggu prosesnya sampai
selesai dan secara otomatis files yang rusak akan diperbaiki.
Cek memori sistem pada komputer. Sistem memory
yang rusak merupakan penyebab berikutnya. Untuk mengatasinya tekan tombol
windows dan ketik mdsched kemudian tekan enter. Perintah tersebut akan
mengarahkan anda pada jendela “Memory Diagnostic Tool”. Kemudian klik “Restart
now and check for problems (recommended)”. Setelah anda klik, PC atau laptop
anda akan reboot dan akan menjalankan Memory Diagnostic Tool. Setiap masalah
akan dilaporkan melalui tool ini.
Gunakan System Restore/ Restore Point. Fitur
system restore mampu mengembalikan keadaan PC/ Laptop anda sebelum Windows
Explorer mengalami crash. Untuk melakukan restore point pada setiap sistem
operasi sedikit berbeda. Pada windows 7 atau Vista, system restore dijalankan
melalui start, kemudian klik-kanan pada Computer dan pilih Properties.
Sedangkan pada windows 8, klik-kanan pada bagian bawah di ujung layar dan pilih
“System”. Kemudian, semuanya akan diarahkan pada menu “System Protection” dan
klik menu tersebut. Nantinya, akan diarahkan pada jendela System Restore dan
kemudian pilih “Restore Point”. Sedangkan untuk pengguna sistem operasi Windows
XP dengan cara klik Start, lalu All Programs, teruskan ke Accessories dan
System Tools.
Empat cara tersebut bertujuan untuk mengatasi
“Windows Explorer Has Stopped Working” yang dapat menggangu aktivitas kita.
Oleh karena itu, setidaknya sebelum anda melakukan install ulang, anda dapat
meng-aplikasikan tips ini. Terima kasih dan jangan lupa untuk berkunjung kemari
lagi, semoga bermanfaat. Wassalam.
Subscribe to:
Posts (Atom)