Kulit,
yang menutupi seluruh tubuh manusia layaknya selubung, penuh dengan
sifat yang menakjubkan. Kulit mampu memperbaiki dan memperbaharui
diri dan air tidak dapat menembus di permukaannya, meskipun banyak
pori-pori kecil yang berfungsi membuang air lewat proses respirasi.
Strukturnya yang luar biasa lentur memungkinkan gerak bebas, padahal
ia cukup tebal sehingga tidak mudah robek. Kulit mampu melindungi
tubuh dari panas, dingin, dan sinar matahari yang merugikan.
Kesemuanya itu hanyalah sedikit sifat kulit yang khusus diciptakan
untuk manusia. Di sini, kita berhadapan dengan sifat khusus dari
kertas pembungkus ajaib ini: Kemampuannya untuk melindungi tubuh dari
mikroorganisme penyebab penyakit. Jika tubuh dianggap sebagai kastil
yang dikepung musuh, kita bisa menyebut kulit sebagai dinding kastil
yang kuat.
Tetesan
keringat yang dikeluarkan dari kulit memainkan berbagai peran bagi
tubuh. Selain menurunkan suhu tubuh, mereka menyediakan zat gizi bagi
bakteri dan jamur tertentu yang hidup di permukaan kulit, dan
menghasilkan bahan sisa bersifat asam seperti asam laktat yang
membantu menurunkan tingkat PH (keasaman) kulit. Media bersifat asam
di permukaan kulit ini menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat
bagi bakteri berbahaya yang mencari tempat tinggal.
Fungsi
perlindungan utama kulit diwujudkan lewat lapisan sel mati yang
merupakan bagian terluar dari kulit. Setiap sel baru yang dihasilkan
oleh pembelahan sel bergerak dari bagian dalam kulit menuju ke
permukaan luar. Sembari melakukan ini, unsur cair (sitoplasma) di
dalam sel berubah menjadi protein kuat yang disebut keratin. Selama
proses ini, sel itu mati. Senyawa keratin yang baru terbentuk ini
mempunyai struktur yang sangat keras dan karena itu tidak dapat
didekomposisi oleh enzim pencernaan. Dengan demikian, penyerang
seperti bakteri dan jamur tidak akan bisa mendapatkan sesuatu untuk
dicabik dari lapisan luar kulit.
Lebih
dari itu, sel mati yang mengandung keratin itu selalu gugur dari
permukaan kulit. Sel-sel baru yang berasal dari bawah untuk
menggantikan sel yang sudah using membentuk penghalang yang tak dapat
tembus di daerah itu.
Respon
pertahanan pertama organisme melawan penyerangnya yang berbahaya
adalah perbaikan sendiri yang cepat dari jaringan kulit setelah
munculnya luka. Ketika luka mencabik kulit, sel-sel pertahanan dengan
segera bergerak ke daerah luka untuk memerangi sel asing dan membuang
sisa-sisa jaringan yang terganggu. Kemudian, sejumlah sel pertahanan
lainnya meningkatkan produksi fibrin, yaitu protein yang dengan cepat
menutupi kembali luka dengan jaringan berserat.
Organisme
yang hidup di kulit menjalankan fungsi perlindungan lain dari kulit.
Sekelompok mikroba tak berbahaya hidup di kulit, dan telah
beradaptasi dengan medium asam kulit. Karena memperoleh makanan dari
bahan-bahan sisa di keratin kulit, mikroba ini menyerang segala macam
benda asing untuk melindungi tempat makannya. Kulit, sebagai tuan
rumah mikroba ini, bagai bidang perlengkapan yang menyediakan
dukungan eksternal bagi pasukan di dalam tubuh manusia.
0 comments:
Post a Comment